Mengapa Sakit Ini Harus Memisahkanku Dari Anak-anakku?
- By spinmotion
- •
- 29 Nov, 2016
Anak - anak? Apakah Manja sudah memiliki anak? Kapan menikahnya? Ataukah Manja memiliki anak angkat? Ternyata.....

Oleh: Yasin Bin Malenggang dari SPINMOTION (Single Parents Indonesia in Motion)
Dalam
kondisinya yang terbatas, Manja terpaksa harus menuntaskan kisah
hidupnya lebih awal dari perjalanan hidup rata - rata manusia di dunia.
Dia meninggal beberapa minggu yang lalu karena leukimia, penyakit yang
dideritanya sejak usia 5 tahun. Sebuah perjuangan panjang mempertahankan
kehidupan, yang akhirnyapun tak dimenangkannya. Ia terpaksa takluk
kepada penyakit yang semakin menggerogoti kekebalan tubuhnya melalui
darah putih yang tertimbun dalam saluran darahnya. Manja meninggal Jumat
dini hari setelah mengalami pendarahan hebat. Saat dibawa ke ruang
gawat darurat, segalanya telah terlambat. Dia...wafat.
Kuburannya
masih baru. Bunga - bungapun masih segar dan belum layu. Nisan kayu
ditancapkan di kedua ujungnya, terpancang kaku, menjadi saksi bisu. Di
sebuah pemakaman muslim di tengah kota dan pulau yang mayoritas beragama
Hindu, makam Manja nampak berbeda dengan makam lainnya. Gundukan tanah
makam baru memang akan selalu melahirkan perasaan tercekat bagi yang
kebetulan lewat dan melihat. Dan harupun akan merayap mendinginkan
kalbu.
"Mam, Manja ingin pergi ke Jawa. Manja kangen sama anak - anak Manja. Mereka juga kangen ingin bertemu."
Anak
- anak? Apakah Manja sudah memiliki anak? Kapan menikahnya? Ataukah
Manja memiliki anak angkat? Ternyata, manja sudah menganggap dua anak
laki - laki, kakak beradik yang dikenalnya melalui media sosial sebagai
anaknya. Bahkan saking begitu jatuh cintanya, Manja sampai merasakan
bahwa mereka berdua adalah anak - anak yang terlahir dari rahimnya.
Bisakah seorang gadis lepas remaja yang baru berusia 23 merasakan
magisnya perasaan memiliki anak kandung layaknya melahirkan dari
rahimnya sendiri? Ataukah Manja hanya terbawa perasaan dalam
kegalauannya menghadapi deraan demi deraan penyakitnya? Ataukah memang
cinta itu sebentuk anugerah rasa sayang dari Tuhannya yang ingin
memberikan kesempatan untuk memiliki rasa keibuan? Misteri, rasa
penasaran dan pertanyaan - pertanyaan ini tak akan terjawab, karena
Manjapun sudah tak bisa menjelaskan dan menggambarkan apa yang dia
rasakan. Karena dia terlebih dulu pergi selamanya menjawab panggilan
Tuhan. Bahkan sebelum Manja dan kedua 'anak - anak'nya dipertemukan.
Bagaimanakah
rasa, arti dan makna menjadi seorang ibu yang dimiliki seorang
perempuan untuk anak - anaknya? Tak terlukiskan, pun tak akan bisa
dijelaskan dalam tulisan ini. Hanya seorang perempuan yang pernah
melahirkan anak - anaknya, berjuang membesarkannya, lalu larut dalam
suka dukanyalah yang bisa merasakannya. Bagaimana dengan Manja, yang tak
pernah melahirkan kedua anak laki - laki yang hanya dikenalnya melalui
media sosial, lalu hanya berkomunikasi jarak jauh dalam kondisi saling
berjauhan? Rasa keibuankah yang dimiliki? Atau hanya ilusi? Sekali lagi
keheranan akan rasa yang dimiliki Manja ini tetap tak akan terjawab dan
akan menjadi misteri. Namun lihatlah, dalam laptop dan gadget milik
Manja yang kemudian dibuka oleh keluarganya tak lama sepeninggal Manja
menghadap Tuhan. Foto - foto, rekaman video dan suara 'anak - anaknya'
yang saling ditukar-kirimkan, tersimpan dengan rapinya. Bahkan foto anak
- anaknya lah yang menghiasi layar laptop dan HPnya hingga di saat -
saat terakhirnya tiba. Dan dalam satu tulisan harian di laptopnya
tertuliskan: ".... kenapa kau pisahkan aku dari anak - anakku, senyumku, bahagiaku, selamanya."
Mujizat
dalam rasa yang tumbuh di hati berkaitan memang sesuatu yang tak
terjelaskan. Namun dari sekian alasan yang paling masuk akal, ada satu
hal yang mungkin bisa menjelaskan rasa keibuan yang tumbuh di hati Manja
seiring dengan perkenalannya dengan anak - anak yang tak dilahirkannya
dan belum pernah dijumpainya. Sejak awal - awal perkenalan mereka, anak -
anak sudah terbiasa memanggil Manja dengan sebutan 'Mama'. Sebuah
sebutan yang sakral dan bisa mewakili sebuah hubungan yang sedemikian
kuatnya. Sebuah sebutan yang didalamnya terkandung cinta, hormat,
perhatian dan juga pengakuan tertinggi untuk seorang perempuan dari
'anak - anaknya'. Namun sayangnya, itupun hanya kemungkinan saja. Karena
Manja telah tiada.
Dan hanya ucapan yang bisa menjadi pengiring langkah kepergian Manja, dari anak-anaknya, "Selamat jalan, Mama ..."
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/

Vemale.com - Rabu, 21 Desember 2016 10:07
Oleh: Yasin Bin Malenggang dari SPINMOTION (Single Parents Indonesia in Motion)
Rasanya
semua benar adanya. Karena hanya ibulah yang mengorbankan sebagian
darah, daging dan jiwanya hingga berwujud sebagai seorang anak manusia.
Jika dibandingkan seorang ayah yang hanya menitipkan setitik sel saja,
kinerja triliunan sel ibu lah yang membangun, melengkapi dan memperkuat
cikal-bakal anak manusia dalam rahimnya. Rasanya tak perlulah kita
meragukannya dengan bertanya seberapa besar pengorbanan seorang ibu bagi
anak - anaknya.
"Ibu, adalah seorang perempuan yang menempatkan kebutuhan dan kepentingan anak - anaknya jauh di atas kebutuhan dan kepentingannya sendiri."
Bagaimana dengan Ibu yang lebih memilih untuk mengikhlaskan anak - anaknya atau malah tega membuang mereka? Entahlah, namun ada satu kalimat yang mungkin bisa menjawabnya, "Faktor biologis adalah faktor paling mudah dan tersederhana yang membuat seorang perempuan menjadi ibu. Namun ada kalanya seorang perempuan pun bisa berpikir sederhana dan mengambil pilihan termudah demi hidupnya, baik secara suka rela maupun terpaksa."
Ya, berpikir sederhana sembari mengambil jalan termudah, untuk siapa? Mungkin untuk kepentingan dirinya sendiri. Walau pada beberapa kasus, seorang ibu harus rela menyerahkan anaknya agar anaknya selamat dari bahaya atau lebih terjamin masa depannya dalam pelukan orang lain. Terlepas bahwa masa depan semua manusia adalah misteri tanpa seorang pun tahu jawaban yang pasti.
Tak semua ibu punya hati untuk mengasuh darah dagingnya sendiri. Atau pun jika tak bisa mengasuhnya sendiri, lantas menitipkannya secara layak kepada yang bisa merawat dengan baik. Lalu muncul lah langkah adopsi yang dilakukan terhadap anak-anak terlantar yang tak diinginkan keberadaannya. Sejak jaman purba, praktek adopsi ini dilakukan sebagai salah satu jalan bagi seseorang untuk mendapatkan seorang anak. Tanpa suatu proses biologis, seseorang atau pasangan suami istri bisa memiliki anak. Lambat laun langkah ini akhirnya bisa diterima oleh semua pihak sebagai sebuah upaya berazas simbiosme mutualisme. Bagi yang menerima dan yang mengalih-asuhkan sang anak. Orang tua kandungnya lega karena terangkat bebannya, dengan harapan anaknya pun lalu akan terangkat hidupnya. Dan bagi si pengadopsi, keinginan memiliki anak akhirnya terpenuhi.
Pada akhirnya ibu kandung, ibu tiri, atau ibu angkat adalah sekedar sebutan untuk menjelaskan asal-usul dan keberadaan seorang ibu. Karena bagaimanapun juga yang namanya "ibu", sejatinya adalah sebutan untuk sosok yang menghamba dalam mengasihi, mengasuh, membesarkan, mendidik dan menjadikan anak-anak manusia menjadi manusia dewasa seutuhnya. Tanpa pamrih, apalagi hanya untuk berharap mendapatkan surga. Karena jika saja semua perempuan mau untuk memahami, surga sudah berada di telapaknya semenjak dirinya menjadikan dirinya sebagai seorang ibu ...
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/.

Oleh: Yasin Bin Malenggang dari SPINMOTION (Single Parents Indonesia in Motion)
Demikian
teriak anak laki - laki kecil, siswa sebuah TK kepada ibu kandungnya.
Lalu bergegas meninggalkan ibunya yang kerepotan menjining tas sekolah,
botol minuman dan berbagai aksesoris sekolah yang ditinggalkan begitu
saja. Terlihat wajah sedih sambil menghela nafas panjang dari ibunya
yang mencoba bersabar. Wajarkah? Ada yang salah?
Anak adalah
cerminan bagaimana orang tua mendidiknya. Anak adalah bagaimana ibu dan
ayahnya berkata - kata, bersikap dan bertindak. Ibaratnya, anak adalah
adonan yang dibuat dengan bumbu yang kadang kelebihan, kadang kurang dan
tak sengaja kemasukan bahan lain yang sebenarnya tak diinginkan dalam
proses penciptaannya. Jika melihat adegan di atas, tentunya ada yang
salah dalam proses pembentukan karakter anak hingga bisa sedemikian
berani untuk murka pada ibunya.
Kondisi keluarga memang begitu
berperan dalam pembentukan karakter anak. Dalam kasus ini, ternyata si
ibu adalah janda, single mom yang bercerai dari ayah si anak sejak
beberapa tahun lalu. Suatu permasalahan yang tak bisa diselesaikan di
antara mereka berdua menjadi penyebab si ibu dan ayah berpisah. Semenjak
itu, mereka berdua sepakat membesarkan dan mengasuh si anak dalam
kerjasama yang sering disebut sebagai join custody.
Sang ayah akan mendapat giliran mengasuh pada saat - saat tertentu khususnya saat liburan sekolah si anak.
Bagi ibu dan ayahnya yang dewasa, langkah ini adalah paling fair
dan logis walaupun sebenarnya tragis. Bagi sang anak, ritual liburan
bersama ayah akan memposisikan sang ayah sebagai 'sinterklas' yang
dirindukan saat 'Natal'. Seolah ayah akan datang dengan berbagai hal-hal
yang menggembirakan, bermain bersama, hanya tertawa dan bersuka cita.
Kemudian saat liburan selesai, sang anak kembali kepada rutinitas
harian. Aktivitas sekolah dan kehidupan sehari-hari bersama ibunya
menjadi satu 'malapetaka' yang membawa sengsara. Membuat posisi ibu
menjadi seolah 'sipir tahanan'. Sedang si ayah tetap akan menjadi
'pengacaranya' yang datang setiap 'waktu berkunjung' tiba. Di saat-saat
tertentu, sang ayah seolah akan membebaskannya. Tak mengherankan jika di
hari-hari pertama si anak kembali lagi ke asuhan ibunya, mukanya
ditekuk, mulut cemberut dan satu hal yang sering terjadi adalah
pertunjukan sikap tak menurut dan melawan. Bagaimana tidak, jika si anak
merasa pulang dari nirwana untuk masuk kembali ke Kawah Candradimuka.
Tak
bisa dipungkiri, dampak perceraian orang tua dan segala urusan
'persengketaan'nya memberikan efek lima kali lebih besar untuk mengalami
gangguan psikologis dan kelainan jiwa, lima kali peluang lebih tinggi
untuk kenakalan anak-anak dan remaja, terjerumus dalam lembah
penyalahgunaan narkotika, seks bebas dan tindak kriminalitas lainnya.
Demikianlah para ahli psikolog telah meneliti dan mengukur dampak
perceraian pada anak - anak yang kemudian sering disebut sebagai
anak-anak broken home.
Jadi, apa yang diteriakkan si anak dalam
mengawali kisah di alinea awal tadi, bisa jadi adalah hanya 'percikan
awal' dari sekam yang selama ini membara di dalam dirinya dan suatu saat
akan berubah menjadi api yang menyala-nyala.
Sebentar lagi liburan akhir tahun tiba. Bagi sebagian besar anak broken home
,
liburan adalah godaan, cobaan sekaligus pelampiasan akan berbagai
perasaan yang selama ini mereka endapkan. Kehilangan, kekecewaan, merasa
diabaikan, tak diutamakan dan masih banyak lagi hal yang menurut mereka
salah namun tak terkatakan.
Sebuah pesan dari saya, posisikan
ayah sebagai ayah, bukan sinterklas, pengacara, pengunjung atau teman
bersenang-senang saja. Sebaliknya, posisikan ibu sebagai ibu, bukan
sekedar penunggu anak pulang sekolah, penjaga rumah dan penyedia makanan
sehari-hari yang ramah. Meski rasa sakit hati menyelusup di dada, di
depan pandangan dan telinga anak - anak, berusahalah untuk saling
membaikkan pihak yang lainnya. Karena di mata anak - anak, perceraian
sudahlah buruk, tak perlu diperjelek lagi. Kecuali memang niat bercerai
adalah untuk meninggalkan semuanya di belakang dan tak mau lagi terlibat
lagi sama sekali. Dan itupun pilihan yang harus dipertanggungjawabkan
dalam segala bentuk dampak dan pengaruhnya di masa depan terhadap
semuanya, khususnya anak - anak.
Selamat berlibur, selamat
menikmati kebersamaan yang masih dipunyai. Sebelum nanti anak-anak
memiliki dirinya sendiri dan memilih tuk tak bersama-sama orang tuanya
lagi. Atau sebelum terjadi sesuatu pada rumah tangga dan keluarga yang
tak terduga sebelumnya.
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/.

Oleh: Yasin Bin Malenggang dari SPINMOTION (Single Parents Indonesia in Motion)
Mengenal beberapa teman, sahabat dan saudara yang
menderita penyakit langka dan sulit disembuhkan, membawa kita untuk
menemukan pemahaman bahwa hidup tidaklah semulus dan sesederhana yang
selama ini dirasakan. Bukan sekedar tidur, bangun, makan, bekerja,
bermain dan tidur lagi. Sekejap timbul perasaan bersyukur bahwa hidup
yang telah dianugerahkan ternyata masih lebih baik. Setidaknya dalam
satu dua hal, dibandingkan hidup yang harus dijalani oleh orang lain
yang sepanjang hidupnya bergulat mencari kesembuhan dan berjuang untuk
bertahan hidup.
Kesakitan demi kesakitan yang dirasakan selalu
diiringi oleh kecemasan dan ketakutan akan kemungkinan terburuk yang
bisa terjadi. Ajal, kematian menghantui dan tak bisa melanjutkan
hidupnya lagi. Jika 'sedang sadar' lalu berkontemplasi merenungkan
kondisi semacam ini, seolah terngiang-ngiang kembali kalimat tanya nan
suci, yang berbunyi, "Lalu nikmat mana, yang hendak kamu dustakan?"
Di
dalam tubuh setiap manusia terdapat milyaran sel yang memiliki fungsi
dan tugasnya sendiri-sendiri. Saling mendukung, saling bersinergi
menjadikan seluruh bagian tubuh manusia 100% berfungsi. Cukup satu sel
saja tak bekerja sesuai fungsinya, memberontak dan mengingkari tugasnya,
maka sekejap timbullah kekacauan dan kerusakan bagi yang lainnya. Saat
itulah tubuh manusia akan mengalami gangguan fungsi dan kinerjanya, lalu
sakit dan bisa saja berujung pada berhenti totalnya semua fungsi dan
kinerja tubuh manusia. Mati.
Tak ada yang tahu kapan kematian
menjemput, apalagi jika Sang Malaikat Pencabut Nyawa itu disebut dengan
'penyakit'. Hormati dan hargai, lalu syukurilah semua yang telah Dia
beri. Sebenarnya itulah yang ingin diteriakkan setiap sel-sel dalam
tubuh manusia yang setiap detik bekerja sesuai fungsi dan tugasnya.
Berusahalah selagi masih baik, berupayalah untuk sehat selama masih
sehat dan berdoalah agar baik dan sehatpun selalu dialami oleh setiap
sel yang ada di dalam tubuh ini. Berusaha menjaga seluruh sel untuk
selalu sehat, mungkin adalah sebuah keniscayaan. Namun memastikan
seluruh sel tubuh selalu baik dan sehat untuk selamanya adalah
keharusan. Bersyukur atas segala yang diberi, apapun yang telah, sedang
dan akan terjadi adalah sebuah jalan mencari keseimbangan. Karena sakit
dan sehat, hidup dan mati, adalah kodrat Tuhan dalam menyeimbangkan
kehidupan. Sekaligus pengingat bahwa tiada yang selamanya kecuali
diri-Nya.
Hari ini Jumat. Selamat menunaikan ibadah Jumat bagi
yang wajib untuk menjalankannya. Jangan lupa bersyukur atas segalanya.
Semoga sehat dan bahagia senantiasa.
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/.

Oleh: Yasin Bin Malenggang dari SPINMOTION (Single Parents Indonesia in Motion)
JANDA bisa saja adalah ANDA dengan J yang kemudian muncul di depannya. J yang bisa berarti JATUHnya talak atau gugatan dari pasangan yang datangnya direncanakan ataupun tiba - tiba, atau J yang juga bisa berarti JATUH temponya masa hidup pasangan anda di dunia, dan harus meninggalkan kita selama - lamanya.
JANDA bisa saja 'J-and-A', JAWABAN dan AKHIR dari berbagai alibi dan alasan - alasan kenapa pasangan semakin jarang pulang ke rumah, lalu pergi begitu saja. JAWABAN dan AKHIR dari perjuangan untuk tetap hidup pasangan Anda yang sakit - sakitan dan telah sekian lama berusaha kesana - kemari mencari jalan pengobatan.
JANDA adalah ANDA yang nantinya akan menghadapi J didepan ANDA. J, yang bisa berarti JULUKAN miring dan sasaran cemoohan tetangga dan rekan kerja. J, yang bisa juga berarti JERITAN anak - anak yang menangis saat mengingat kembali salah satu orang tuanya meninggal dunia dan tinggal menyisakan satu orang tua saja. J, yang berarti JAM - JAM yang terasa tak pernah mencukupi dan terlalu cepat berjalan dengan semua tugas serta tanggung jawab keseharian untuk rumah tangga dan anak - anak.
JANDA dan ANDA hanyalah berbeda sedikit, sangat lah dekat malahan, tak akan terduga kapan waktunya J 'tersemat' pada kita. Jadi mengapa seringkali anggapan miring dialamatkan pada seorang janda? Bisa jadi di belakang janda yang dilecehkan, ada anak - anak yang menunggu sendirian di rumah tanpa dewasa menunggui mereka. Bisa jadi di dalam diri seorang janda ada 'orang terdzolimi' yang hamil 7 bulan saat ditinggal pergi pasangannya entah kemana atau karena musibah apa. Dan di dalam diri janda ada hak yang sama sebagai manusia untuk memperoleh kehidupan yang sejahtera, untuk dirinya dan anak - anaknya.
Saat ini,
ANDA mungkin hanya ANDA, atau ... ANDA mungkin masih berbagi peran GANDA dengan pasangan.
Namun oleh suatu sebab yang tak terduga membuat J muncul di depan ANDA. Saat itulah kita semua akan paham, bahwa menjadi JANDA adalah hal yang wajar dan biasa dalam hidup ini. Sedangkan yang luar biasa adalah perlakuan orang - orang di sekitar ANDA yang selama ini melihat JANDA sebagai sebuah obyek TJANDA TAWA.
"You never really understand a person until you consider things from his point of view,until you climb into his skin and walk around in it." Harper Lee, dari buku To Kill A Mockingbird
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/

Oleh: Yasin Bin Malenggang dari SPINMOTION (Single Parents Indonesia in Motion)
"No, money can't buy happiness. But YES, it finances many illusions."
Kebahagiaan tak terbeli dengan uang, yang bisa didapatkan adalah ilusi. Benarkah demikian?
Hidup dalam kebahagiaan atau hidup dalam ilusi, keduanya adalah suatu keniscayaan dan bisa terjadi kepada siapapun. Yang pertama, jelas diinginkan oleh semua orang. Kebahagiaan dalam hidup memberikan rasa damai, tenteram dan perasaan selalu berkecukupan, bagaimanapun kondisinya.Kunci kebahagiaan sebetulnya adalah pada penerimaan mutlak atas kondisi atau keadaan apapun yang dihadapi. Seberapapun hasil yang didapatkan dan dimiliki, tetap berusaha untuk mempertahankannya, lalu sesekali berusaha meningatkannya.
Yang kedua, banyak ditempuh orang manakala manusia tak puas dengan kehidupan yang dimiliki dalam keaadaan yang tak sesuai dengan harapan. Lalu berburulah mereka 'kebahagiaan semu' yang bersifat sementara waktu. Bak mimpi di siang bolong atau halusinasi memandang fatamorgana di padang kerontang. Dengan menggunakan segala cara dan kekayaan yang dimilikinya, didapatkannyalah ilusi - ilusi pemuas jiwa. Mereka pun hidup dalam ilusi yang setiap kali harus 'dibeli' dan dinikmati agar sesaat terlupa dengan kenyataan hidup.
Adakah para pemilik uang triliunan yang ada di luar negeri adalah para pemilik kebahagiaan? Ataukah justru mayoritas orang Indonesia yang tak pernah memiliki tabungan dan hanya memiliki cukup uang untuk makan sehari - hari sajalah para pemilik kebahagiaan itu? Jawaban yang pasti, hanya di hati mereka sendiri - sendiri. Yang lain hanya mampu menebak - nebaknya saja. Karena perasaan bahagia didapatkan dan dimiliki seseorang dalam wujud yang berbeda - beda. Tiada kan bisa diperbandingkan dengan yang lainnya.
Seorang petani tua dengan sepetak sawah dan sejengkal kebun di sekeliling rumahnya, sudah cukup merasa bahagia manakala hasil bertaninya cukup untuk makan keluarganya dalam keseharian. Lima puluh ribu rupiah sehari, sudahlah cukup besar baginya dan keluarganya. Namun ada juga konglomerat kaya raya yang resah dan gelisah dalam kesehariannya karena selalu memikirkan pencapaian target usahanya agar bisa melakukan invasi bisnis ke bidang usaha lainnya atau malah untuk membayar hutang atau pajak yang tertunggak. Lima puluh ribu rupiah baginya adalah segelas kopi untuk menemani meeting dengan mitra usahanya atau biaya parkir mobil mewahnya saat belanja di mall perbelanjaan terkemuka di pusat kota.
Dalam satu momen diskusi bersama sahabat, dia berkata. "Pokok permasalahannya adalah CUKUPKAH dengan uang 50 ribu Rupiah untuk sehari bagimu atau CUKUPKAN dengan uang 50 ribu untuk sehari bagimu. Itu saja. Jawaban alasannyalah yang akan menentukan tindakan selanjutnya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup."
Hidup memang pilihan dan terkadang pilihan terbaik adalah berdamai dengan keadaan yang ada. Karena kebahagiaan tanpa kedamaian hanyalah ilusi yang sementara sifatnya. Oleh karena itulah kenapa disebutkan bahwa 'bahagia itu sederhana', karena bahagia hanya membutuhkan perdamaian antara masing - masing individu dengan kondisi hidupnya masing - masing. Dan tak salah kiranya jika ada peribahasa asing yang mengatakan bahwa:
"Tuhan itu sederhana dan penyuka kesederhanaan. Oleh sebab itu diciptakanNya lebih banyak manusia sederhana di muka bumi ini."
Silakan dipahami dengan keyakinan dan dari sudut pandang masing - masing, arti kebahagiaan hidup itu dan tak perlulah kemudian diperdebatkan. Karena menilai kebahagiaan hidup masing - masing adalah hak asasi orang per orang.
Dan di samping saya duduk menulis artikel ini, terdengarlah dua anak manusia yang sedang asyik bermesra. Terdengarlah kalimat si laki - laki sambil memandang mesra kekasihnya:
"Aku sudah cukup bahagia jika kamu selalu ada di sampingku."
Kalimat yang hampir membuat tempe mendoan lima ratusan rupiah di tangan saya hendak lepas dari pegangan.
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/